Kaukah Itu

Kaukah Itu

Kaukah itu
Atau hanya ilusi berkecamuk di kalbu
Ya . . . benar, itulah engkau yang selama ini meniup seruling rindu
Gemanya menggetarkan seluruh saraf-saraf jantungku

Tangisan Seumur Hidup

Tangisan Seumur Hidup

Tangisan itu telah memadamkan matahari
Tak ada beda siang dan malam, kehidupan telah mati
Tak ada air mengalir tertutup kecerobohan diri
Terhanyut rayuan cinta disenandungkan serigala bertopeng kekasih

Kamar Pribadi

Kamar Pribadi

Bila engkau mengunjungi hati
Aku tak bisa berpikir jernih lagi
Dunia gelap tanpa cahaya dan api

Nyawiji

Nyawiji

Dari gelap menuju terang
Dari terang menuju hilang
Hilang hakikatnya tidak hilang
Tetapi hilang dari kemelekatan
Menuju cahaya terang benderang
Dzat pemberi cahaya seluruh alam

Anak-Anak Puisi

Anak-Anak Puisi

Anak-anak puisi
Adalah prajurit yang tak pernah dilirik saat ini
Mereka bermain pedang tombak panah tiap hari
Mengasah kemampuan agar tetap tajam dan presisi

Hanya Dirimu Yang Bercahaya

Hanya Dirimu Yang Bercahaya

Melihat rambutmu dibelai angin
Hasratku diketuk rasa ingin
Mengajakmu menepi
Bermain api

Seluruh Bahasa

Seluruh Bahasa

jagad raya ini samudra puisi
Tak mungkin sanggup kau jelajahi
Jika nekat kau pergi dan menjelajahi
Belum seujung kuku pasti kau kebingungan sendiri

Ikan Terjepit Batu Kali

Ikan Terjepit Batu Kali

ah . . . entahlah
badan dan jiwaku bagai serpihan kaca
porak poranda berserak dari dunia hingga antah berantah
bila memikirkan pena terhanyut gelombang samudra

Mawar

Mawar

wahai mawar yang tersembunyi
kapan engkau tumbuh di hati
bagai gadis gipsy tersesat di malam hari
datang tanpa salam dan ketukan jemari

Sesungguhnya 2

Sesungguhnya 2

sesungguhnya tolok ukur kesuksesan diri
bukan khatam atau ahli memahami teori
tetapi kuat atau tidak menghadapi topan badai dalam kehidupan ini
teori hanya peta bagi pengembara mendaki bukit tinggi
di jalan banyak harimau dan ular yang harus dihadapi