Puisi Pelarian Wiji T II

    • Masihkah Kau Membutuhkan Perumpamaan?
      Untuk Prof. Dr. W.F. Wertheim
      pada ulang tahun yg ke-90 (11-11-1997)

waktu aku di geladak kapal di tengah Laut Jawa
bersama para TKW dari Malaysia
pulang hendak berlebaran di
kampungnya ingin aku menulis puisi
dengan pembukaan: hidup ini sepert
laut dan aku ini penumpang yang…
tapi apakah hidupku ini masih butuh perumpamaan

Waktu aku hendak ke Yogya
lewat Ponorogo Jatisrono terus Wonogiri
dan di Pracimoloyo mampir mandi
di mata air bersama satu-
satunya untuk beberapa
desa waktu naik bis umum
bersama penduduk yang membawa
ember kain baju cucian
berkilo-kilo meterjarak rumah
ke mata air
akan bertanya-tanya
masihkah aku membutuhkan
perumpamaan untuk mengungkapkan ini?

Waktu mataku ditendang tentara
dalam pemogokan buruh
dalam hati aku bilang mereka lebih ganas dari
serigala tapi aku masih ragu apakah
perumpamaan ini kupahami

Waktu aku jadi buronan politik
karena bergabung dengan Partai Rakyat
Demokratik namaku diumumkan di koran-koran
rumahku digrebek – biniku diteror
dipanggil Koramil diinterogasi diintimidasi
(anakku –4 th—melihatnya!)
masihkah kau membutuhkan perumpamaan
untuk mengatakan : AKU TIDAK MERDEKA

Jakarta, 1 Nopember 1997

Sajak Suara

sesungguhnya suara itu tak
bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu
menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari
lidah jiwaku

suara-suara itu tak bisa
dipenjarakan di sana bersemayam
kemerdekaan apabila engkau
memaksa diam aku siapkan
untukmu: pemberontakan!

Sesungguhnya suara itu
bukan perampok
yang ingin merayah
hartamu ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-
suara itu menuntut keadilan?

Sesungguhnya suara itu
akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku
bertanya dan pada akhirnya
tidak bisa tidak engkau
harus menjawabnya apabila engkau
tetap bertahan aku akan
memburumu seperti kutukan

Habis Upahan

barusan
lenyap
upah kerja sebulan
sekejap
lenyap

sekejap saja mampir di
kantong dipotong spsi
sewa rumah bon di warung
odolshampo dan ini itu
kantong kembali kosong

di lantai lembab bertopang
dagu di paku-paku
bergelantungan anduk basah
dan cucian dalam tempurung
kepala jelas terbayang
hasil kerja memenuhi bak
mobil mobil angkutan
dibawa kapal menyeberangi
lautan memasuki toko toko
sudut sudut benua

dan tiap akhir bulan
kami yang mengupas
kapas jadi wujud kain
kain kain serupa pelangi
tiap akhir bulan
di bawah lampu penerang
rumah kontrakan
yang remang-remang
mengotak-atik
kertas sliup
seperti anak SD
mencari jawaban
soal matematika

rincian upah

Dengan Apa Kutebus Anakku

anak kami lahir
kemarin malam
di rumah sakit
di bangsal murah ya di bangsal
murah berjubel
bersama bayi-bayi lain
di bangsal murah ya di bangsal murah

pagi ini
mestinya aku di sana
membantu biniku cucicuci
popok atau memapahnya ke
kamar mandi tapi mana bisa
sebab aku harus berangkat kerja

tak kerja tak terima upah tak
punya uang
dengan apa kutebus bayiku?

hari ini mestinya aku di sana
membopong bayiku yang
dikembani jarik
agar biniku bisa enak
beristirahat tapi mana bisa
sebab jam delapan tepat
aku harus sudah tiba di

tempat kerja kerja ya kerja

tak kerja tak terima upah tak
punya uang
dengan apa kutebus bayiku?

sekarang aku mestinya di sana
mencium pipi bayiku yang
merah memeluk biniku yang
masih lelah tapi aku tak bisa
sebab aku harus lembur

aku lelah aku lelah

anak kami lahir
kemarin malam
di rumah sakit
di bangsal murah ya di bangsal
murah berjubel
bersama bayi-bayi lain
di bangsal murah ya di bangsal murah

karena kami buruh
bayi kami berjubel di bangsal
murah tidak seperti bayi di ruang
sebelah ruangannya lain baunya
lain hawanya lain cahayanya lain
kamarnya lapang suasananya
tenang karena kami buruh
bayi kami berjubel di bangsal murah

jejer jejer seperti para korban perang

kata perawat yang kemarin
malam tugas jaga
tarif kamar bayi kami itu murah
tapi tetap masih mencekik juga
sebab untuk nebus bayi kami
kami harus mengganti
dengan kerja
8 jam x 40 hari
8 jam setiap hari
8 jam dari umur kami setiap
hari dicuri

puluhan tahun kami
bekerja setiap hari
kalian merampas sarinya
sari-sari peluh kami
kalian terus peras kami
kalian terus peras
sari-sari bebuahan
vitamin
susu
dan gizi-gizi
yang dibutuhkan tulang-tulang
otot dan jantung bayi
buah hati kami

kampung kalangan 26/5/94

Ceritakanlah Ini kepada Siapapun

panas campur debu
terbawa angin kemana-mana

koran hari ini memberitakan
kedungombo menyusut
kekeringan korban
pembangunan dam muncul
kembali ke permukaan tanah-
tanah bengkah pohon-pohon
besar malang-melintang
makam-makam bangkit dari
ingatan mereka yang dulu diam

kali ini
cerita itu siapa akan
membantah dasar waduk
dulu dusun rumah-rumah

waktu juga yang menyingkap
retorika penguasa
walau senjata ditodongkan
kepadamu walau sepatu di atas
kepalamu di atas kepalaku
di atas kepala kita

ceritakanlah ini kepada sipapapun
sebab itu cerita belum tamat

Catatan

lagi
kau tangkap aku
kucatat

lagi
kau puntir tanganku
kucatat

lagi
kau rotan tempurung
kepalaku kucatat

lakukan
sampai aku berludah darah
biar terkumpul bukti

lakukan
di depan orang ramai
tunjukkan kepada mereka
pistol dan pentungan kalian
biar mereka lihat sendiri

lagi
kau aniaya aku
kucatat

tubuhku adalah bukti ketika

kau pukul berkali-kali
orang ramai melihat
sendiri kucatat
aku terus mencatat

6 Mei 1995- kampung kalangan solo

Supar

tersiar
di halaman kabar
supar dipecat
ya supar dipecat

kabar tersebar lalu dari
mulut ke mulut
masuk dan meluas di bilik-
bilik sempit
rumah kontrakan buruh-buruh

si lancang mulut
bilang ”nah rasain lu
karena ngurus orang lain
diri sendiri kehilangan pekerjaan!”

sapar tak goyah
sapar tak gentar

pihak majikan bilang sapar
suka bikin onar kawan-
kawannya membantah ”
majikan cuma cari-cari
alasan mereka takut karena
kita punya kekuatan!”
nah, itulah yang benar

supar dipecat
ya supar dipecat

pada siapa yang tanya
supar menjelaskan
”kami dipecat karena
pabrik kewalahan
karena buruh sekarang melawan!”
majikan gentar
itulah yang benar

supar dipecat
ya supar dipecat

kerja lain aku bisa cari tapi
kebangkitan buruh tak bisa
kalian halangi lagi

si lidah jahil

mungkin bilang
:sudahlah lebih baik kalian diam!
tapi siapa bisa membungkam
supar dan kaum buruh sadar —l
ihatlah kapitalis terus cari akal!

supar dipecat

ya supar dipecat
tapi apakah pabrik bisa berproduksi
kalau kita mogok sepuluh hari lagi?

supar dipecat
ya supar dipecat
tapi apakah mesin-mesin sanggup
beputar
tanpa kami?

18 mei 1993

Maklumat Penyair

pernah bibir pecah
ditinju
tulang rusuk
jadi mainan tumit sepatu
tapi tak bisa mereka
meremuk: kata-kataku!

seperti rampok
mereka geledah aku
darah tetes di baju
tapi tak bisa mereka
rebut senjataku: kata-kataku!

ketika aku diseret
diancam penjara
si kerdil yang bernama
ketakutan kutendang keluar
dan kuserukan maklumat”
”kalian bisa bikin tubuhku
lebam membiru
tapi tak bisa kalian padamkan
marahnya kepalan kata-kataku!”

jakarta, nov. 1993

Penyair

jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan t
angan jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang

jika tak ada kertas
aku akan menulis di
dinding jika menulis di
dilarang aku akan menulis
dengan pemberontakan
dan tetes darah

sarang teater jagat, 19 januari 1988

Meditasi Membaca Buku

Buku membuat aku jadi pribadi sendiri
Aku terpisah dari orang-orang
Yang bekerja membangun dunia
Dengan pukul palu peluh dan tenaga
Aku merasa lebih mulia
Karena memiliki pengetahuan
dan mampu membeli
Aku merasa plus dan tak rendah
diri Lebih dari yang lain
Biarpun tak menindakkan apa-apa

Aku bisa membuat alasan
Aku jadi lebih pintar berargumentasi
Dan diskusi panjang lebar
Biarpun tidak menindakkan apa-apa

Aku kenal penyair-penyair
besar Dan merasa lebih berarti
Aku mengangguk-angguk saja ngantuk
Mengagumi orang-orang besar
Pikiranku meloncat-loncat
Mencekal rumus-rumus
Dengan kepercayaan yang tulus
Lalu merasa lain dari yang kemarin
Dan lebih ilmiah
Biarpun tidak menindakkan apa-apa
Dan tak berani menolak printah
Apalagi membangkang si pemerintah
Yang tak berakal sehat

Buku membuat tanganku tak
kotor Aku merasa takut kotor
Dan disebut tukang Biarpun aku
ini sama saja Dengan kalian yang
bekerja Menggali jalan-jalan untuk
telephone Yang bekerja dengan
pukul palu peluh dan tenaga

Mendirikan gedung-gedung bagus
dan kantor negara

Buku-buku mendudukkan aku di
tempat yang tak boleh diganggu
Saudara-saudara bangunkan aku!

sorogenen, 14 maret 1988

Sajak

sajakku gerakan
bahasaku perlawanan
kata-kataku
menentang ogah diam

ucapanku protes
suaraku bergetar
tidak! tidak!

sajakku
adalah keluh-kesah dari
kegelapan sajakku adalah
ketidakpuasan yang dari tahun
ke tahun hanya jadi guman
sajakku
adalah kritik-kritik
yang hilang dalam bisik-
bisik sajakku mencari
mahasiswa aku ingin
bicara kehidupan sehari-
hari makin menekan

aku ingin membacakannya
bersama suara-suara perempuan
yang menggapai-gapai jendela kaca
sambil menawarkan salaknya
kepadamu
di stanplat

aku ingin membacakan sajakku
dalam diskusi-diskusi ilmiah
dalam rapat-rapat gelap
dalam pentas-pentas sandiwara
di depan penyair

aku ingin menuliskan
sajakku dan mengucapkan
kembali kata-kata kita
yang hilang dicuri di
depan matamu

solo- desember 1987

Tuntutan

rakyat adalah kami mulut-
mulut yang bersuara
mendukungmu dalam
setiap Pemilu

rakyat adalah kami
tenaga dari kaki-kaki dan
tangan-tangan
yang memikul tandu
gambar partaimu
yang bersorak-sorai oleh
lemparan permen
dan gula-gula janji perbaikan nasib

rakyat adalah kami
usus-usus melilit perut-
perut butuh kenyang
yang kalian sebut-sebut
dalam pidato-pidato kampanyemu

rakyat adalah kami
daun telinga yang mendengar
mata kepala yang bersaksi
:sekarang beras mahal.
kini kami tuntut
kalian di mana?

Nyanyian Tanah Ibu

siapa yang menggetarkan suaraku
yang menggetarkan udara

getaran menyalakan pita mulutku
mulutku bicara
sama-sama mereka
yang jongkok menghadap
selokan rakyat biasa yang
tenaganya luar biasa

siang malam membangun

maka jadilah otot-otot
kota berdirilah gedung-
gedung menghamparlah
jalan raya rakyatku
menggali ditimbuni batu-
batu mengaspal jalan-
jalan mobil rakyatku
diam tak disebut-sebut
rakyatku bisu
(tapi di dalam gelap piye-piye
kadang melenguh seperti sapi
diperah tanpa waktu
seperti kuda beban
digebug tanpa waktu)

rakyatku adalah pencipta
sorga di dunia
meski ia sendiri tak pernah
mencicipi sebab sorga telah
dijilat habis-habisan
sampai hutan-hutan ikut terbakar

rakyatku adalah pelayan setia
yang hanya bekerja dengan gembira
dan bangun pagi: lunasi utang!

19 januari 1988

Catatan Harian

setiap hari
mengulur waktu
mengulur waktu
bikin alasan
begini
begitu
pembenaran
pembenaran
membenarkan diam
di kampus
di rumah
di pentas
takut tidak
membenarkan ya
ya
ya
kapan bebas ya
kapan berani tidak

solo- des ‘87

Peluk Sekuat Cintamu

kehadiran kita nanti
akan diterima dunia yang
kabur perkawinan kita nanti
perayaan kemiskinan besar-besaran

anakmu nanti
akan lahir ke dunia juga
diperas kerja keras
tapi ucapkan selamat
kekasihku semoga terang
biar kemiskinan menempatkan
diri di pojok-pojok
kita harus ambil bagian
ucapkan selamat
kekasihku mari ke depan
maju kecupi rahmat
peluk ! peluk sekuat cintamu

tegalmade bekonang, 15 maret 1988

Bongkar

bongkar
telanjangi
tangkap jangan dilepas lagi

kita selalu sembunyi
selalu ada alasan
membenarkan diam
selalu cari alasan
menghindar mengatakan
kita tenggelam

ditimbun dalih-dalih
membenarkan p
embangunan melihat
korban-korban tak bersaksi
melihat korban-
korban hanya melihat

kita selalu cari keselamatan

aman mapan
cuci tangan
membiarkan semua berjalan

marti telanjangi
bongkar

jangan mau lagi alasan-
alasan tanya ! tanya!

 

-Puisi Lepas-

Masihkah Kau Membutuhkan Perumpamaan?
Sajak Suara
Habis Upahan
Dengan Apa Kutebus Anakku
Ceritakanlah Ini kepada Siapapun
Catatan
Supar
Maklumat Penyair
Penyair
Meditasi Membaca Buku
Sajak
Tuntutan
Nyanyian Tanah Ibu
Catatan Harian
Peluk Sekuat Cintamu
Bongkar