Mengapa?
setelah berlayar mengarungi samudra
semakin yakin diriku tak berharga
kesombongan badak dengan culanya
hanya lamunan anak balita di bilik ibunda
dunia ini luasnya tak terkira
siapa sanggup menghitung flora fauna?
terkaan angka tak pernah tunjukkan sempurna
apalagi bola dunia diatas langit sana
toga kebesaran, tongkat komando secepat kedip mata
cantik gagah, tanpa sadar sudah berubah
sampai detik ini belum ada manusia
kumpulkan emas permata sebesar benua
alangkah kecilnya bumiku dilihat dari luar angkasa
bagai pasir bertebaran di jagad raya
wahai jiwa merdeka. . . mengapa masih berpola?
bukankah semakin dibuka, diri mengecil seukuran amuba
mengapa tak menyerah?
mengapa tak menyembah?
apakah menunggu kuburan dibuka?
malaikat disana datang dan bertanya?
edy malang, 121117