Bedah puisi

Bedah puisi

Gantungkan

Gantungkan cinta pada yang Satu
Tak perlu menjelajah kesegala penjuru
Dimana-mana akan bertemu topeng melulu
Bibir-bibir bergincu semua merasa tahu

Gantungkan cinta pada yang Satu
Tak perlu mempercayai semua lembaran buku
Disana pasar ide tempatnya bertemu
Pembenaran demi pembenaran semu bersatu

Gantungkan cinta pada yang Satu
Bergaulah dengan alam yang selalu menunggu
Periksalah bilik-bilik hati agar tak keruh
Ilham dari langit sebentar lagi mengetuk pintu

bIla pintu gerbang dibuka bak langit biru
hitam putih akan segera membuka tirai bambu
tanda-tanda akan terlihat jelas secara utuh
ombak dan laut akan menyatu dalam bingkai kalbu

edy malang, 160118
Nb: bukan melarang mempelajari ilmu tapi hati kita dahulu
Cenderungnya kita letakkan sebelah mana?

Bila cenderung hati TIDAK kita letakkan yang Satu
Pasti kekecewaan demi kekecewaan menjenguk kalbu
( yang dibaca sama yang dibicarakan sama
tapi hasil akhirnya berbeda beda) ternyata
kemelekatan dimulai dari kecenderungan

Saya akan membedah puisi saya yang berjudul Tergantung
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Berikut ini Hukum Al-qur’an dan hadits tentang niat. Semoga Allah menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.

QS. Al-Isra 80 : Ya Tuhan-ku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Yunus 34 – 36. Katakanlah, “Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (meng¬hidupkannya) kembali?” Katakanlah, “Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kalian dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?” Katakanlah, “Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang menunjukkan kepada kebenaran?” Katakanlah, “Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran.” Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kalian (berbuat demikian)? Bagaimanakah kalian mengambil keputusan? Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali prasangka saja. Sesungguhnya per¬sangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Al Baqarah 164 Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Dalil-dalil itu beberapa rujukan sebenarnya banyak yaitu (sejarah Baginda dan abu bakar ) (filosof Al Kindy dan Imam Ghozali ) dengan mengamatai sejarah beliau anda pasti memahami puisi saya

Gantungkan cinta pada yang Satu
Tak perlu menjelajah kesegala penjuru
Dimana-mana akan bertemu topeng melulu
Bibir-bibir bergincu semua merasa tahu

Baris pertama bait pertama adalah niat dalam dada kecenderungan

Gantungkan cinta pada yang Satu
jika niat dalam hati (Masuk langkah salah ) / selain menuju kepada Dia maka pasti hati cenderung kepada selain Dia dan wawasan kita nanti hanyut dengan yang kita pelajari karena tiap masuk sesuatu belum ada bekal dan tujuan yang jelas kita akan mengikuti tokoh kita ( bila baris pertama belum kepegang kita langsung berjalan pada baris 2, 3, 4 pasti kita akan tersesat di hutan belantara karena belum jelas identitas diri kita)

Gantungkan cinta pada yang Satu
Tak perlu mempercayai semua lembaran buku
Disana pasar ide tempatnya bertemu
Pembenaran demi pembenaran semu bersatu

Baris pertama adalah bait ke dua niat dalam dada kecenderungan

Gantungkan cinta pada yang Satu
bila bekal dan tujuan di baris pertama belum kita pegang dan berkomunikasi dengan ilmuwan dan filosof maka lebih rumit lagi, bisa bisa kita tenggelam dalam lautan yang dalam karena pola pikir dan penjelasan lebih masuk akal dan biasanya hati kita membenarkan, ternyata setelah kita croscek dengan wahyu biasanya buku yang begitu tebal ternyata hanya diringkas dalam beberapa ayat saja.

bila tujuan kita bertemu Tuhan dan yang kita baca menurut ilmu benar setelah di cek dengan wahyu ternyata masih di bawah banget contoh

( iptek ) ilmu berhubungan dengan panca indra dan kejiwaan melalui ilmu titen ( uji coba dan kesimpulan) dengan kemampuan diri sendiri bisa disimpulkan praduga (tak pasti ) dan sedayat dasyatnya iptek tetap diwilayah langit pertama sedang menurut wahyu langit ada tujuh lapis bertingkat tingkat

(filsafat) barat dan timur : filsafat barat cenderung dominan menggunakan logika

(filsafat timur / tasawuf) : disamping mengunakan logika juga rujukan diluar kehidupan jangkauan manusia, intuisi, naluri, nurani, garis besarnya filsafat al ulah (filsafat memhami keberadaan Tuhan dst)

Gantungkan cinta pada yang Satu
Bergaulah dengan alam yang selalu menunggu
Periksalah bilik-bilik hati agar tak keruh
Ilham dari langit sebentar lagi mengetuk pintu

Baris pertama bait ke tiga adalah niat dalam dada kecenderungan (biasanya bait 3 ini peran dari orang tua lebih dominan bila belum sampai ke arah baris 1 bait 3 belum kepegang ilmu jadi bersifat deduksi (amat sulit kecuali dapat hidayah olehNya))

Gantungkan cinta pada yang Satu
bila baris pertama bait ke 3 sudah kita pegang dengan benar dan masuknya hati sudah benar dengan sendirinya pasti kita akan di bimbing menjadi ilmuwan atau filosof tanpa kita sadari yaitu hati tergerak untuk menyelidiki sekitar kita bagaimana tumbuhan tumbuh? bagaiman mega bergerak?\ bagaiman burung bisa terbang dan kita akan suka banyak belajar aneka ilmu untuk mencari perbandingan dalam menancapkan kebenaran menambah kebenaran yang sudah tertanan dalam dada

Periksalah bilik-bilik hati agar tak keruh
baris 3 ketiga pada bait ke3 ini adalah suatu penyakit di setiap hati manusia bila tidak berhati-hati membawa masuk jurang yang teramat dalam, pengalaman mengatakan iblis yang beriman beribu ribu tahun bisa jatuh karena angkuh dan sombong di tandingkan dengan yunior ( belajar mencintai Tuhan adalah ilmu tertinggi diantara seluruh ilmu, pasti yang di dapat lebih dasyat dari seluruh ilmu) untuk itulah kita harus berhati hati jangan sampai menganggap rendah ilmu apapun)

bila baris 3 bait 3 terlampaui menuju baris ke 4 yaitu,

Ilham dari langit sebentar lagi mengetuk pintu

kita akan merasa heran dan tergagap ternyata manusia tergantung kecenderungan dan niat dalam dada maka Tuhan akan memberikan sesuai niat dan kecenderungan tersebut ini saya buktikan dengan banyak dialog dari rekan rekan lulusan dari lulusan pondok atau perguruan tiinggi baik S1 samapi S3 bahkan lulusan luar negeripun bidang agama , kalau berbicara taukid atau meng Esa kan Tuhan. mereka baru sadar ternyata di dalam alquran banyak sekali ayat ayat tersebut dan ayat ayat tersebut di sembunyikan dalam pandangan mereka dan yang di buka mereka ternyata sesuai niat dan kecenderungan mereka masing–masing. ( yang dibaca sama yang dibicarakan sama tapi hasil akhirnya berbeda beda) ternyata kemelekatan dimulai dari kecenderungan

bIla pintu gerbang dibuka bak langit biru
hitam putih akan segera membuka tirai bambu
tanda-tanda akan terlihat jelas secara utuh
ombak dan laut akan menyatu dalam bingkai kalbu

bait ke 4 dari puisi saya yaitu intinya Cuma satu kita paham sekali mana hitam atau putih dan sangat bijaksana dalam menyikapi situasi dan kondisi ( ilmu patrap) yang kedua memandang sekilas saja kita paham seseorang itu berada di maqam mana tapi tidak boleh di tunjukkan secara fulgar.
Terimah kasih

Sebenarnya saya tidak suka membedah puisi saya secara fulgar sebab bila di bedah keunikannya jadi sangat berkurang tapi saya sudah berjanji dalam membuat puisi supaya mudah di cerna dan dikomunikasikan akhirnya saya terpaksa membedah puisi saya yang agak kontroversial ini semoga bila ada salah saya mohon di maafkan sebab kebenaran hanya milik Allah .

edy malang, 180118

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.