Termakan
siapa sanggup memutar masa
kembali sebelum dimakan dusta
prahara menyatu dalam langkah
beban dipundak makin bertambah
dusta bagai anggrek menempel selamanya
dekatkan pandang pemberat langkah
masa depan kadang tersenyum kadang menghina
roncehanya berubah sulit seakan menegakkan benang basah
aroma satu berubah entah berapa aroma?
puisi seharusnya satu kisah berubah jadi beberapa kisah
penerkam kemarin fokus satu arah
kini berubah jadi beberapa arah
menginginkan bunga-bunga mekar luruh sudah
kehidupan terus menyeret dengan tangan kekarnya
titian mesti diseberangi sukarela maupun terpaksa
peran pada buku nasib entah disebelah mana?
selama kendang masih lantunkan nada
penari terus menarikan tariannya
walau pengunjungnya sirna tak tersisa
penari tak boleh berhenti sampai panggung menutup tirainya
Edy malang, 060218