Peradaban

Peradaban

peradaban mendesis melata bak ular
menuju arena gulat dipasar ukaz yang liar
sementara wanitanya menyajikan tubuh untuk dibakar
lendir-lendir buas mengasah pedang disemak belukar

burung bulbul menyajikan tarian perut
rebab saling gesek diantara lutut
unta bunting menjerit bergulat maut
melahirkan sebuah generasi carut-marut

ke posisi inikah zamrud khatulistiwa dibawah
dengan senyum tak bersalah saling cari titik lemah
diri dan golongan merasa paling benar dan tahu segalanya
dibelakang kelir seratus wajah dasamuka meronce dusta

pamflet disebarkan di tembok-tembok kota
ribuan uang kertas merah jatuh dari saku sengkuni bak dewa
sembako berjalan sendiri mencari rumah papa
bukan bantuan tapi tehnik mencari muka dan suara

wajah-wajah besi berubah jadi mentega
senyum tebar pesona adalah hujan sementara
merangkul menjilat bak seringai serigala
setelah tercapai tujuan, semua dibuang ke bak sampah

negara resah uang rakyat dihambur-hamburkan untuk pesta
janjinya untuk masa depan bangsa menuju sejahtera
faktanya tetesan keringat anak yatim dijalan raya
dimasukkan kantong pribadi dan dibagi sama rata

dar der dor suara kembang api muntahkan cahaya
menghias langit hanya sekejap saja
begitulah bila para kurawa berkuasa
mata meleng sedikit trilyunan rupiah berpindah wajah

wahai generasi muda itulah cermin nyata di hadapan kita
garuda diseret kereta kencana menuju neraka
mengapa penamu diam tertidur tanpa menulis aksara?
atau dirimu terlena oleh angan-angan ciptaan narkoba

yang memasuki negara kita dari segala arah
karena hukum bagai benang basah
entah bagaimana? ah . . . entah bagaimana? . . .  kok bisa!
mengendalikan bisnis haram dari penjara

bangkitlah! . . . tuliskan apa saja!
tak perduli mantra puisi cerpen atau seloka
agar Garuda terbang dan sembako bisa dijangkau tangan miskin papa
itu baru namanya Merah Putih MERDEKA  MERDEKA dan MERDEKA!

Edy malang, 270218

 

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.