Mata balas mata

Mata balas mata

Ketika air bah datang menerjang
Puisi gelap tanpa sengaja bertandang
Senyum sinis, mata tebarkan salam kedengkian
Geraham gemeretak timpali kesembronoan

Wajarkah satu puisi dibalas dua puisi?
Apalagi yang terhunus setajam belati
Yang ditancapkan dalam jantung hati
Mengundang hujat dan caci maki

Mata balas mata gigi balas gigi
Satu puisi balas satu puisi itu adil dan berbudi
Bila memaafkan tentram di hati, bila melampaui batas keji
Itulah aturan yang diciptakan penguasa langit dan bumi

Bukankah memporak porandakan adalah tugas suci
Yang dibebankan raja gelap oleh yang Maha Memahami
Untuk menguji orang yang mengatakan “beriman atau mempercayai”
Dua jalan tersaji, jalan datar dan mendaki,. “silahkan langkahkan kaki”

Edy malang, 050418

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.