Bilik bambu
Di keremangan bilik bambu
Kurebahkan sepotong bahu
Beralas tikar berbantal lusuh
Memapah rasa membayangkan sesuatu
Sayup-sayup terdengar dendang merdu
Irama jangkrik bak angklung mendayu-dayu
Tepat tengah malam suara kentongan masih seperti dahulu
Dibunyikan sebagai penanda kebersamaan masih terpelihara utuh
Kulangkahkan kaki menuju teras rumah
Didalam gardu api obor masih menyala
Tawa canda entah yang dibicarakan apa
Suasana tetap renyah tak ada yang berubah
Kulangkahkan kembali langkah kakiku
Kulihat lampu ublik nyalanya mulai sayu
Mungkin minyak atau sumbunya terganggu
Ah . . . ingat masa kecil panik dan lugu
Beda sekali suasana dengan kehidupan kota
Disana tak ada pepohonan rimbun disekitar rumah
Hidup bak robot dituntut persaingan tak kenal kata ramah
Kaku bagai bangunan gedung yang mengedepankan angka
Desaku tercinta, ari-ariku ditanam didepan samping rumah
Bila malam ada lampu ublik didalam keranjang sebagai penanda
Menurut mitos kemanapun kaki melangkah
Pasti hati akan terusik untuk kembali mengunjungi saudaranya
Hatiku tersenyum kecil antara benar dan salah
Yang pasti kala tubuhku tiba dirumah penginggalan orang tua
Begitu tenang aman dan segala persoalan mendadak sirna
Saudara dan para tetangga masih tetap seperti dahulu kala
Ah desaku kotaku negaraku
Sejuta wajah ikut berlabuh
Dalam satu perahu waktu
Rumput ilalang pohon semua tumbuh
Edy malang,220418